- Back to Home »
- Adolph Wilhelm Hermann Kolbe
Posted by : Unknown
Minggu, 24 Maret 2013
Adolph Wilhelm Hermann Kolbe
(27 September 1818 – 25 November 1884) adalah seorang kimiawan
Jerman. Kolbe dilahirkan di Elliehausen dekat Hanover, Jerman. Pada
1869, ia mulai bekerja di Universitas Leipzig. Pada masa itu, para ahli
kimia percaya bahwa senyawa organik dan senyawa anorganik terpisah satu
sama lainnya, dan senyawa organik hanya bisa diperoleh dari makhluk
hidup.
Namun Kolbe percaya bahwa senyawa organik dapat disintesis dari
senyawa anorganik, secara langsung atau tidak langsung, melalui reaksi
substitusi. Ia membukrikan teorinya dengan menyintesis asam asetat
dari karbon disulfida melalui beberapa tahap (1843-45). Ia juga
mengubah penjelasan tentang radikal bebas, berjasa dalam pencetusan
teori struktur, dan memprediksikan keberadaan alkohol sekunder dan
tersier. Ia meninggal di Leipzig, Jerman.
Sintesis adalah proses pembuatan senyawa di laboratorium yang hasilnya
sama dengan senyawa yang ditemukan secara alamiah. Status seorang
pakar kimia organik sering dihubungkan dengan kemampuannya mensintesis
atau menganalisis berbagai senyawa. Di tahun 1950-an dan 1960-an,
sintesis organik mendapatkan kesuksesan tiada tara. Banyak Nobel yang
dianugerahkan untuk keberhasilan sintesis beberapa senyawa penting.
Urea |
Di tahun 1828, Friedrich Wöhler mensintesis urea dengan cara
memanaskan ammonium sianat; senyawa yang dia hasilkan sama persis dengan
urea yang ditemukan di alam.
Cerita di balik keberhasilan
Wöhler ini sangat menarik. Wöhler adalah salah satu murid kimiawan
berkebangsaan Swedia, Jöns Jakob Berzelius, yang terkenal dengan
simbol-simbol kimianya, daftar akurat pertamanya mengenai massa
atom-atom, dan eksperimen-eksperimennya mengkonfirmasi teori Dalton
bahwa setiap unsur memiliki atom-atom yang unik. Dia pula yang
menciptakan istilah "katalis", "protein" dan "isomer". Berzelius
percaya bahwa semua zat terdiri dari zat-zat hidup dan non-hidup,
dan tidak ada sesuatu yang menjembatani keduanya. Dia juga percaya
kehidupan tidak dapat muncul dari sesuatu yang tidak hidup. Berzelius
pula yang menemukan istilah zat organik dan zat anorganik (zat-zat
organik mudah terbakar, sedangkan zat-zat anorganik tidak). Namun
sintesis Wöhler membuktikan kekeliruan Berzelius: urea yang
disintesis Wöhler masuk kategori zat organik, sedangkan bahan yang dia
gunakan untuk pensintesisannya masuk kategori anorganik. Pada awalnya
Berzelius tidak mau menerima kenyataan yang dilakukan oleh muridnya.
Tetapi semakin banyak kimiawan yang akhirnya dapat membuat senyawa
hidup dari zat-zat "tak hidup", misalnya Kolbe yang memproduksi asam
asetat dari bahan-bahan alamiahnya di tahun 1845.
Di tahun
1945, Frederick Sanger (Nobel tahun 1958 dan yang kedua kalinya di
tahun 1980) memutuskan untuk mensintesis hormon insulin untuk pertama
kalinya. Hormon ini telah berhasil diisolasikan di tahun 1922, tetapi
strukturnya tetap merupakan suatu misteri. Setelah 8 tahun bekerja
keras siang malam, Sanger akhirnya berhasil menemukan analisis lengkap
molekul protein yang penting ini. Urutan penyusunannya memerlukan
ketepatan. Satu asam amino saja yang tidak berurut, hasilnya menjadi
protein yang berbeda sama sekali. Nobelnya yang kedua diraih untuk
penemuannya tentang struktur urutan dasar kromosom suatu virus.
Sebenarnya
untuk mensintesis suatu senyawa, kita bisa merunut secara terbalik,
menganalisis bagaimana senyawa itu terbentuk. Hal ini dapat mudah
dilakukan untuk senyawa yang tidak rumit, tetapi dapat menjadi
pekerjaan detektif yang pelik jika senyawa yang kita pelajari sangat
kompleks. Untuk penemuannya yang kedua, Sanger memotong asam-asam amino
yang membentuk rantai asam nukleotida yang dia teliti guna
mempelajari di mana mata-mata rantai tersebut berawal dan berakhir.
Dia juga menggunakan bahan pereaksi (reagents) untuk menyuling zat-zat
yang tak diinginkan, menggunakan kromatografi di mana elemen-elemen
dipisahkan menurut warna mereka yang berbeda-beda, dan memakai enzim
yang dapat memilih porsi tertentu senyawa yang dipelajari. Intinya,
Sanger menggunakan semua teknik penelitian kimia organik yang
diketahui saat itu dan bahkan beberapa metode lainnya.
Setelah
semua komponen suatu senyawa ditemukan, pakar kimia masih perlu
memikirkan bentuk fisik senyawa tersebut. Ini perlu dilakukan karena
banyak senyawa yang memiliki formula yang sama di atas kertas tapi
tersusun berbeda di ruang 3 dimensi (isomer). Beberapa senyawa
bahkan memiliki ribuan atom yang kerap berputar balik, menikuk,
melentur, atau melengkung. Dalam hal ini teknik kristalografi sinar X
(red: lihat artikel "Melihat Wajah Molekul dengan Sinar X")
dapat membantu kimiawan organik merekonstruksi struktur atom yang
diteliti (terutama struktur kristal). Kimiawan Dorothy Hodgkin
merupakan Nobel Laureate tahun 1964 untuk keberhasilannya menganalisis
struktur vitamin B12 menggunakan kristalografi sinar X.
Beberapa contoh isomer |
Dua
tahun sebelumnya, penghargaan Nobel dianugerahkan kepada dua kimiawan
Max Perutz dan John Kendrew. Perutz berhasil menganalisis hemoglobin
di akhir tahun 1930-an dan sepuluh tahun kemudian Kendrew menganalisis
protein mioglobin. Keduanya juga membuat model 3 dimensi molekul
yang mereka teliti.
Di tahun 1926, James B. Sumner
mengkristalisasi enzim untuk pertama kalinya dan membuktikan bahwa
enzim-enzim adalah protein, suatu hal yang bahkan kimiawan terkemuka
Willstatter telah sangkal. Di tahun 1935 Wendell Stanley dan John H.
Northrop berhasil mengkristalisasi virus, benar-benar suatu
keberhasilan cemerlang, karena sedikit sekali yang diketahui mengenai
virus saat itu. Ketiga kimiawan di atas berbagi Nobel tahun 1946.
Vitamin
C pertama kali disintesis oleh Waler Haworth dari Inggris (Nobel
1937). Kimiawan Swiss Karrer mensintesis vitamin A di tahun 1930 dan
B2 di tahun 1935. Richard Kuhn (Nobel 1938) secara independen
menunjukkan karoten adalah zat pendahulu vitamin A, mensintesis vitamin
B2 dan menjelaskan perannya dalam pernafasan.
Di tahun 1953, kimiawan Amerika Vincent du Vigneaud (Nobel 1955) mensintesis hormon protein (oxytocin)
untuk pertama kalinya. Dia menemukan bahwa senyawa tersebut memiliki
delapan asam amino dan menjalin asam-asam amino tersebut dalam urutan
rantaian kompleks yang dia teorikan dahulu sebelumnya dan berhasil
dengan sukses.
Banyak yang mengakui pensintesis yang
sangat brilian yang pernah hidup adalah Robert B. Woodward (Nobel
1965). Kecerdasannya memang sejak dari awal telah kelihatan. Woodward
diterima di MIT pada waktu anak seumur dia masih bersekolah di SMU.
Dia akhirnya memilih untuk keluar (drop out) dengan alasan dia
bisa belajar sendiri lebih cepat. Tapi akhirnya dia diterima kembali
dan diberi keleluasaan untuk menciptakan sendiri kurikulum yang ingin
dia pelajari. Pada umur 20 tahun dia sudah mendapat gelar doktor.
Setahun kemudian sudah menjadi profesor di Harvard. Daftar senyawa
yang dia telah sintesis sampai sekarang belum terpecahkan: quinine, kolesterol, strychnine, asam lysergic, ergonovine, ellipticine, colchinine, aureomycin, terramycin dan terakhir chlorophyll.
Kimiawan
Amerika Bruce Merrifield berhasil menemukan cara mensintesis peptida
secara otomatis. Di tahun 1969 dia mengulang sintesis ribonuclease
(yang telah dikerjakan oleh William Stein dan Stanford Moore, Nobel
1972). Dengan menggunakan metode yang dia temukan, Merrifield
mensintesis enzim kompleks ini (memerlukan 369 jumlah reaksi kimia
dan 11931 langkah) dalam waktu hanya beberapa minggu. Padahal duet
Stein dan Moore perlu waktu 30 tahun lama waktu penelitian. Herbert
Hauptman dan Jerome Karle juga menemukan cara baru yang cepat untuk
menganalisis struktur molekul. Pada awalnya penemuan mereka diabaikan
karena terlalu matematis, tetapi sekarang banyak dipakai untuk
menganalisis dengan cepat struktur molekular baru untuk pembuatan
obat-obat baru. Mereka mendapatkan Nobel di tahun 1985.
Ellias
Corey, Laureate Nobel Kimia tahun 1990 memudahkan proses sintesis ini
dengan proses yang dinamakan "retrosynthesis" atau sintesis terbalik .
Dia menguraikan senyawa setahap demi setahap, memastikan bahwa dia
bisa membalikkan proses ini dalam setiap langkah. Dengan begini dia
menemukan aturan untuk menguraikan dan menyatukan kembali senyawa.
Memakai bantuan komputer, proses ini mempercepat sintesis banyak
senyawa dan banyak digunakan oleh kimiawan hingga kini.
Penggunaan komputer untuk membuat peta reaksi-reaksi kimia
dikembangkan oleh dua penerima Nobel tahun 1998, Walter Kohn dan John
Pople di tahun 1960-an. Teori fungsi densitas (density-functional
theory) Kohn berfokus pada penemuan letak rata-rata elektron dalam suatu
molekul, ketimbang menemukannya satu per satu. Metode Pople juga
menggunakan komputer untuk menganalisis sifat-sifat dan bentuk molekul.
Program yang dia tulis sangat populer.